Cinder - Marissa Meyer



Humans and androids crowd the raucous streets of New Beijing. A deadly plague ravages the population. From space, a ruthless lunar people watch, waiting to make their move. No one knows that Earth’s fate hinges on one girl. 

Cinder, a gifted mechanic, is a cyborg. She’s a second-class citizen with a mysterious past, reviled by her stepmother and blamed for her stepsister’s illness. But when her life becomes intertwined with the handsome Prince Kai’s, she suddenly finds herself at the center of an intergalactic struggle, and a forbidden attraction. Caught between duty and freedom, loyalty and betrayal, she must uncover secrets about her past in order to protect her world’s future. 



Mengambil setting 100 tahun setelah perang dunia ke-4, Linh Cinder adalah seorang mekanik yang hidup di New Beijing Commonwealth bagian timur. Ia juga seorang cyborg dan selalu dimanfaatkan oleh ibu tirinya untuk bekerja sementara ia dan anak-anaknya bersenang-senang. 

Namun ketika Cinder ingin meninggalkan kehidupan yang ia jalani dan pindah ke tempat yang lebih baik, negaranya dalam keadaan kacau. Wabah menyebar melalui populasi, Kaisar meninggal di tempat tidurnya, dan Penguasa Lunar mengancam perang. Cinder akan mendapatkan peran lebih besar dalam hal ini melebihi apa yang ia bayangkan...

Novel ini adalah retelling dari Dongeng Cinderella, tentunya dengan twist yang terlihat sangat jelas di awal. Aku yakin Marissa Meyer melakukannya dengan sengaja, karena tidak hanya sekali. Walaupun begitu tidak mengurangi mood kita untuk menikmati membaca buku ini. Justru ini yang membuat kita ingin membaca lebih cepat dan mengetahui apa yang akan terjadi.

Cinder adalah karakter wanita yang kuat, tanpa terlihat seperti orang yang bodoh dan menjengkelkan. Teman robotnya, Iko juga sering membuat lelucon dan lebih terlihat seperti seorang remaja perempuan yang cenderung feminim (you know what I'm talking about) daripada Cinder.

Tokoh Antagonis-nya juga mempunyai perasaan. Aku bisa merasakan apa yang ibu tirinya rasakan dan melihat sisi lain dari kepribadian yang ia miliki. Walaupun aku tidak terlalu yakin tentang perasaannya. Sangat jarang ada novel yang mempunyai karakter seperti ibu tiri Cinder.

Aku juga suka dengan world building yang luar biasa dengan menggunakan unsur perkembangan teknologi di masa depan. Karena tidak mudah untuk menunjukkan perkembangan teknologi pada kebanyakan novel bergenre Distopia. Marissa berhasil melakukannya dengan baik, sehingga aku bisa merasakan bagaimana menjadi seorang mekanik sungguhan. Well done for Marissa Meyer!

I love this book! Nggak sabar buat baca novel lanjutanya; Scarlet (retelling Gadis Berkerudung Merah), Cress (retelling Rapunzel), dan Winter (Snow White)



Rate:







Post a Comment

0 Comments